Minggu, 20 Januari 2013

KEBUTUHAN RISET, DAN IPTEK UNTUK MENDUKUNG DAN AKSELERASI PEMBANGUNAN KELAUTAN

KEBUTUHAN RISET, DAN IPTEK UNTUK MENDUKUNG DAN
AKSELERASI PEMBANGUNAN KELAUTAN

Untuk mendukung pemanfaatan potensi sumberdaya kelautan maka
mutlak diperlukan IPTEK, yang harus pula didukung oleh riset yang sistematis
dan berkelanjutan. Pembangunan kelautan sekarang ini antara lain mencakup:
1. Capture Fisheries and Aquaculture
2. Marine Biotechnology
3. Non-Living Resources
4. Marine Transportation
5. Sea Territory
6. Small Island Development
Pengembangan riset dan pengembangan Iptek tersebut diharapkan
menjawab dan mengatasi masalah nasional dalam bidang;
1. Kecukupan Pangan
2. Kecukupan Obat dan Teknologi Kesehatan
3. Sumber Energi Alternatif
4. Transportasi
5. Teknologi Informasi dan Komunikasi
6. Teknologi Keamanan dan Pertahanan
Riset dibidang industri bioteknologi kelautan telah ditemukan beberapa
hal antara lain (Dahuri 2006):
1. Pembuatan obat tidur dan obat penenang dari kuda laut.
2. Pembuatan garam yang 99% murni untuk cairan infus.
3. Tempurung kura-kura untuk obat luka dan tetanus.
4. Hati ikan buntal untuk obat tetrodotoxin, guna memperbaiki saraf otak yang
rusak.
5. Chitosan dari kulit kepiting dan udang untuk obat anti kolesterol.
6. Chitin dari kulit kepiting dan udang dibuat serat untuk campuran material
pembuat kaos/pakaian yang berkualitas lebih halus, lebih dingin, serta tidak
rusak bila disetrika.
7. Kerang ditumbuk untuk obat maag.
8. Telur ayam dari ayam yang diberi pakan rumput laut (ocean bio-eggs), lebih
sehat serta lebih bernutrisi.
9. Ular laut diambil serbuknya untuk meningkatkan daya ingat.
10. Bakteri laut untuk campuran deterjen.
11. Vitamin Omega-3 dari ikan untuk meningkatkan kecerdasan dan
menghindari berbagai penyakit yang berhubungan dengan cholesterol.
12. Riset tentang rumput laut untuk obat hepatitis, obat penyakit HIV/AIDS, dan
obat penyakit diabetes.
Disadari bahwa pemanfaatan sumberdaya kelautan sekarang ini lebih
banyak terkonsentrasi di wilayah pesisir dan perairan laut dangkal, maka
pengembangan Iptek dalam rangka pengembangan laut dalam sangat
dibutuhkan dalam rangka pemanfaatan berbagai sumberdaya kelautan di
perairan laut dalam. Beberapa riset yang telah dilakukan oleh BRKP sampai
tahun 2004 (BRKP, 2004) antara lain:
• Ekspedisi Antartika Indonesia-Australia, Januari 2003
• Ekspedisi Ilmiah Indonesia-Australia ARGO-FLOAT, Pebruari 2003,
• Ekspedisi BANDAMIN II Indonesia-Australia, Juli, 2003
• Ekspedisi IASHA-2003, Indonesia-Australia, Agustus 03,
• Ekspedisi Ilmiah Indonesia-AS, Australia, Belanda, Perancis, INSTANT,
Desember 2003-Januai 2004
• Ekspedisi Ikan Paus, Indonesia – WWF, Desember 2003,
• Ekspedisi Deep Sea Fisheries RI-Japan, April 2004,
• Pembangunan Southeast Asia Center for Ocean Research & Monitoring
(SEACORM) Perancak, Bali, diresmikan 31/3/04
Disamping perguruan tinggi, Departemen kelautan dan perikanan
Republik Indonesia (DKP) juga aktif melakukan kegiatan riset dalam
mendukung pemanfaatan sumberdaya kelautan secara berkelanjutan.
Beberapa program riset yang dilakukan oleh DKP seperti ditunjukkan pada
Gambar 1.

Perairan laut dalam adalah perairan laut yang kedalamannya lebih dari
200 m. Di Indonesia perairan laut dalam umumnya berada di Zona Ekonomi
Ekslusif (ZEE), perairan Kawasan Timur Indonesia (KTI) dan wilayah laut
perbatasan. Pengembangan IPTEK pada perairan laut dalam telah diketahui
manfaatnya dalam berbagai hal seperti ditunjukkan pada gambar 2.
Gambar1. Program riset BRKP-DKP dalam mendukung Iptek Kelautan dan
Perikanan di Indonesia (BRKP, 2004).

ZEE Indonesia seluas 2,7 juta km2, sampai saat ini belum banyak
dimanfaatkan oleh nelayan kita. Di perairan Sulawesi Selatan sebagian Selat
Makassar, Teluk Bone dan Laut Flores merupakan perairan laut dalam yang
mempunyai potensi sumberdaya hayati seperti perikanan pelagis antara lain
ikan tuna, ikan layaran serta ikan-ikan demersal laut dalam. Pengalaman
penulis bersama tim peneliti Jepang pada waktu melakukan penelitian
mengenai sumberdaya laut dalam di Selatan Jawa selama 23 hari pada tahun
2003 dengan menggunakan kapal Umi Taka Maru mengoperasikan alat
tangkap trawl memperlihatkan bahwa jumlah ikan yang tertangkap dalam satu
kali tarik (hauling) antara 200-800 kg (lama penarikan 30 menit). Dapat
dibayangkan jika penarikan dilakukan dalam 2-3 jam. Potensi tersebut sampai
sekarang belum termanfaatkan (Gambar 3).
Namum demikian pengelolaan laut dalam bukanlah tanpa masalah.
Masalah yang dihadapi dalam pengembangan perikanan laut dalam adalah
ikan-ikan yang tertangkap adalah ikan-ikan yang tidak umum dipasaran
terutama ikan demersal, sehingga masyarakat mungkin tidak menyukainya.
Masalah lainnya adalah pemanfaatan sumberdaya perikanan laut dalam
membutuhkan investasi yang tinggi sehingga kita harus berhitung secara
ekonomi, profit yang akan dihasilkan. Penggunaan kapal lebih besar dari 30 GT
mutlak dilakukan. Disamping itu kebanyakan ikan-ikan laut dalam belum
diketahui komposisi kandungan gizinya, sehingga ada yang segan untuk
mengkonsumsinya.

BLOG PHPTOGRAPHY KU

Kunjungi juga blog fotografi saya di : www.fotowahyu.blogspot .com