Minggu, 07 April 2013

inovasi manusia

 INOVASI PEMIKIR MUDA


Ini adalah cerita saya tentang indonesia, dan ini adalah hasil pemikiran saya sendiri tentang apa itu indonesia.
indonesia adalahbansa yang sangat produktif namun juga konsumtif, banyak hasil sumber daya alam indonesia tetapi di berikan kepada negara lain , dan dalam bidang konsumtif indonesia hanya bisa memakai hasil cipta negara lain

dari sumber yang telah saya baca : http://www.asagenerasiku.blogspot.com/2012/03/kegiatan-ekspor-impor-indonesia.html

ini adalah beberapa ekspor impor indonesia
1. Produk ekspor Indonesia
Produk ekspor Indonesia meliputi hasil produk pertanian, hasil hutan, hasil perikanan, hasil pertambangan, hasil industri dan begitupun juga jasa.
a. Hasil Pertanian
Contoh karet, kopi kelapa sawit, cengkeh,teh,lada,kina,tembakau dan cokelat.
b. Hasil Hutan
Contoh kayu dan rotan. Ekspor  kayu atau rotan tidak boleh dalam bentuk kayu gelondongan atau bahan mentah, namun dalam bentuk barang setengah jadi maupun barang jadi, seperti mebel.
c. Hasil Perikanan
Hasil perikanan yang banyak di ekspor merupakan hasil dari laut. produk ekspor hasil perikanan, antara lain ikan tuna, cakalang, udang dan bandeng.
d. Hasil Pertambangan
Contoh barang tambang yang di ekspor timah, alumunium, batu bara tembaga dan emas.
e. Hasil Industri
Contoh semen, pupuk, tekstil, dan pakaian jadi.
f.  Jasa
Dalam bidang jasa, Indonesia mengirim tenaga kerja keluar negeri antara lain ke malaysia dan negara-negara timur tengah.

2. Produk Impor Indonesia
Indonesia mengimpor barang-barang konsumsi, bahan baku dan bahan penolong serta bahan modal.
a. Barang-barang konsumsi merupakan barang-barang yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari,seperti makanan, minuman, susu, mentega, beras, dan daging.
b. Bahan baku dan bahan penolong merupakan barang- barang yang diperlukan untuk kegiatan industri baik sebagai bahan baku maupun bahan pendukung, seperti kertas, bahan-bahan kimia, obat-obatan dan kendaraan bermotor.
c. Barang Modal adalah barang yang digunakan untuk modal usaha seperti mesin, suku cadang, komputer, pesawat terbang, dan alat-alat berat. produk  impor indonesia yang berupa hasil pertanian, antara lain, beras, terigu, kacang kedelai dan buah-buahan. produk impor indonesia yang berupa hasil peternakan antara lain daging dan susu.
Produk impor Indonesia yang berupa hasil pertambangan antara lain adalah minyak bumi dan gas, produk impor Indonesia yang berupa barang industri antara lain adalah barang-barang elektronik, bahan kimia, kendaraan. dalam bidang jasa indonesia mendatangkan tenaga ahli dari luar negeri.

dari pernyaaan tersebu tdapat kita ketahui, indonesia mengekspor barang/jasa, yang sebenarnya negara indonesia sendiri sangat membutuhkan itu
oleh karena itu, kita anak muda bangsa harus mempunyai inovasi untuk memanfaakan hasil sumber daya alam indonesia sebaik mungkin, dan menciptkan banyak lapangan kerja baru bagi rakyat indonesia. 

inovasi manusia (tanpa inovasi budaya makin tertinggal)

Hukum Newton III mengenai Aksi-Reaksi menunjukkan bahwa apa yang kita berikan akan sebanding dengan apa yang kita dapat. Kemampuan kita dalam menghasilkan satu energy dapat kita control jika kita menyadari kekuatan diri kita sendiri dan orang lain. Kemampuan ini dapat bervariasi bagi setiap orang, tergantung bagaimana kita menangkap cerminan diri kita sendiri dalam setiap kesempatan dan memanfaatkannya dengan maksimal.
Dalam kegiatan ekonomi kreatif, kemampuan untuk menghasilkan energy inilah yang paling penting dalam membangun karakter seseorang. Hal ini termasuk bagaimana kita menjaga konsistensi dalam berkarya dan melakukan kegiatan. Ketetapan hati, kepercayaan diri, dan keikhlasan merupakan kunci utamanya.
Indonesia merupakan salah satu negara terpadat di dunia setelah China dan India dengan jumlah penduduk mencapai 259.940.857 jiwa.[1] Tentu saja, potensi sumber daya manusia yang didukung oleh potensi sumber daya alam yang melimpah, dapat menjadi senjata Indonesia untuk menempuh era globalisasi. Akan tetapi, sumber daya manusia yang sulit dikembangkan dan sumber daya alam yang belum bisa dimanfaatkan secara optimal dapat menghambat potensi besar yang dimiliki Indonesia.
Salah satu aspek yang dapat kita manfaatkan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia adalah kebudayaan. Kebudayaan Indonesia yang sangat beragam, dari Sabang sampai Merauke, merupakan poin plus bagi Indonesia. Setiap bagian dari aspek kebudayaan inilah yang dapat menghasilkan energy untuk membangun Indonesia. Mulai dari makanan, pakaian, hingga adat-istiadat yang melekat dalam kehidupan sehari-hari kita dapat dimanfaatkan untuk membangun Indonesia jika dikelola dengan baik. Seperti Hukum Newton III, apa yang kita berikan untuk pembangunan Indonesia akan berbalik dan bekerja sesuai dengan jalannya masing-masing.
Kebudayaan Indonesia seringkali menjadi perbincangan hangat di mancanegara. Seperti wayang orang dari Indonesia yang berhasil menarik perhatian masyarakat Australia, Eropa, dan Afrika; gamelan, angklung, dan keris Indonesia yang telah diakui UNESCO sebagai warisan budaya Indonesia; dan kuliner Indonesia yang banyak disukai masyarakat dunia.
Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik mengungkpakan bahwa pemerintah selalu mendukung misi budaya Indonesia ke luar negeri. Ia juga mengungkapkan bahwa wayang adalah salah satu seni yang sangat bernilai karena mengandung falsafah hidup yang luar biasa. Kelompok Wayang Orang Indonesia Pusaka telah sukses menampilkan cerita tentang kepahlawanan Gatot Kaca di Opera House, Sydney, Australia pada tanggal 18 Desember 2010 yang lalu. Penampilan tersebut berhasil meraup keuntungan sekitar Rp110 juta, yang kemudian disumbangkan untuk pemulihan bencana alam. Setelah Australia, mereka juga tampil dalam pameran kebudayaan di Asia, Eropa, dan Afrika.[2]
Dari tahun ke tahun, kebudayaan Indonesia mulai tergeser dengan kebudayaan luar yang masuk ke Indonesia dengan cara yang berbeda-beda. Musik tradisional seperti gamelan dan angklung kini sudah jarang diminati, meskipun beberapa kelompok masyarakat terus mendoktrin kecintaan mereka kepada musik tradisional agar orang lain ikut melestarikannya. Bukan hanya masyarakat Indonesia yang menjadi sasaran utama mereka, namun juga masyarakat dunia. Kebanyakan warga negara asing yang mengenal kebudayaan Indonesia langsung jatuh cinta dan mempelajarinya. Negara-negara Amerika, Asia, dan Eropa telah memiliki ratusan sanggar gamelan dan tari Indonesia.
Ironisnya, ketika masyarakat dunia mulai peduli kepada kebudayaan Indonesia, masyarakat Indonesia sendiri belum cukup sadar untuk turut melestarikan kebudayaannya sendiri. Kebanyakan anak muda zaman sekarang seolah memandang sebelah mata budaya asli daerahnya masing-masing. Hal inilah yang perlu kita perbaiki dalam rangka membangun Indonesia, karena kebudayaan kita merupakan salah satu aspek penting yang dapat menyumbangkan energy yang sangat besar untuk membantu pembangunan Indonesia.
“Gamelan bukan hanya alat musik, tapi juga mentalitas suatu budaya.”[3]
Tak hanya musik dan tari tradisional Indonesia yang menarik perhatian dunia, namun kuliner Indonesia juga mendapatkan respon positif oleh masyarakat dunia. Bumbu-bumbu yang beragam di setiap daerah menjadi ciri khas tersendiri dan menjadi tantangan bagi chef dunia untuk mepelajarinya. Seorang chef dari Amerika yang kini menjadi Executive Chef di Hotel InterContinental Jakarta, Chef Gary A. Palm, mengungkapkan bahwa ia tertarik dengan gaya makanan Indonesia dan menyarankan agar Indonesia bisa lebih mengglobalkan kulinernya lewat buku kepada orang asing.
Lalu, bagaimana dengan masyarakat Indonesia sendiri?
Hukum Aksi-Reaksi akan bekerja ketika kita memberikan energy dan usaha atas apa yang sedang kita lakukan. Begitupula halnya dengan membangun perekonomian Indonesia. Ketika kita memberikan dorongan yang kuat untuk Indonesia dalam meraih kemajuan, kita akan menerima hasil dalam bentuk yang berbeda, namun nilai yang sama. Dalam hal ini, kecintaan masyarakat Indonesia akan produk dalam negeri merupakan hal yang tidak dapat diabaikan. Kekuatan Indonesia dalam pembangunan ada di tangan kita sebagai masyarakat.

[1] Kompas.com, 19 September 2011.
[2] Antara, 21 Februari 2011.
[3] Garret Paul, VOA, 25 April 2012