Hukum Newton III mengenai Aksi-Reaksi menunjukkan bahwa apa yang kita
berikan akan sebanding dengan apa yang kita dapat. Kemampuan kita dalam
menghasilkan satu energy dapat kita control jika kita menyadari
kekuatan diri kita sendiri dan orang lain. Kemampuan ini dapat
bervariasi bagi setiap orang, tergantung bagaimana kita menangkap
cerminan diri kita sendiri dalam setiap kesempatan dan memanfaatkannya
dengan maksimal.
Dalam kegiatan ekonomi kreatif, kemampuan untuk menghasilkan energy
inilah yang paling penting dalam membangun karakter seseorang. Hal ini
termasuk bagaimana kita menjaga konsistensi dalam berkarya dan melakukan
kegiatan. Ketetapan hati, kepercayaan diri, dan keikhlasan merupakan
kunci utamanya.
Indonesia merupakan salah satu negara terpadat di dunia setelah China
dan India dengan jumlah penduduk mencapai 259.940.857 jiwa.[1]
Tentu saja, potensi sumber daya manusia yang didukung oleh potensi
sumber daya alam yang melimpah, dapat menjadi senjata Indonesia untuk
menempuh era globalisasi. Akan tetapi, sumber daya manusia yang sulit
dikembangkan dan sumber daya alam yang belum bisa dimanfaatkan secara
optimal dapat menghambat potensi besar yang dimiliki Indonesia.
Salah satu aspek yang dapat kita manfaatkan untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonomi Indonesia adalah kebudayaan. Kebudayaan Indonesia
yang sangat beragam, dari Sabang sampai Merauke, merupakan poin plus
bagi Indonesia. Setiap bagian dari aspek kebudayaan inilah yang dapat
menghasilkan energy untuk membangun Indonesia. Mulai dari makanan,
pakaian, hingga adat-istiadat yang melekat dalam kehidupan sehari-hari
kita dapat dimanfaatkan untuk membangun Indonesia jika dikelola dengan
baik. Seperti Hukum Newton III, apa yang kita berikan untuk pembangunan
Indonesia akan berbalik dan bekerja sesuai dengan jalannya
masing-masing.
Kebudayaan Indonesia seringkali menjadi perbincangan hangat di
mancanegara. Seperti wayang orang dari Indonesia yang berhasil menarik
perhatian masyarakat Australia, Eropa, dan Afrika; gamelan, angklung,
dan keris Indonesia yang telah diakui UNESCO sebagai warisan budaya
Indonesia; dan kuliner Indonesia yang banyak disukai masyarakat dunia.
Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik mengungkpakan bahwa
pemerintah selalu mendukung misi budaya Indonesia ke luar negeri. Ia
juga mengungkapkan bahwa wayang adalah salah satu seni yang sangat
bernilai karena mengandung falsafah hidup yang luar biasa. Kelompok
Wayang Orang Indonesia Pusaka telah sukses menampilkan cerita tentang
kepahlawanan Gatot Kaca di Opera House, Sydney, Australia pada tanggal
18 Desember 2010 yang lalu. Penampilan tersebut berhasil meraup
keuntungan sekitar Rp110 juta, yang kemudian disumbangkan untuk
pemulihan bencana alam. Setelah Australia, mereka juga tampil dalam
pameran kebudayaan di Asia, Eropa, dan Afrika.[2]
Dari tahun ke tahun, kebudayaan Indonesia mulai tergeser dengan
kebudayaan luar yang masuk ke Indonesia dengan cara yang berbeda-beda.
Musik tradisional seperti gamelan dan angklung kini sudah jarang
diminati, meskipun beberapa kelompok masyarakat terus mendoktrin
kecintaan mereka kepada musik tradisional agar orang lain ikut
melestarikannya. Bukan hanya masyarakat Indonesia yang menjadi sasaran
utama mereka, namun juga masyarakat dunia. Kebanyakan warga negara asing
yang mengenal kebudayaan Indonesia langsung jatuh cinta dan
mempelajarinya. Negara-negara Amerika, Asia, dan Eropa telah memiliki
ratusan sanggar gamelan dan tari Indonesia.
Ironisnya, ketika masyarakat dunia mulai peduli kepada kebudayaan
Indonesia, masyarakat Indonesia sendiri belum cukup sadar untuk turut
melestarikan kebudayaannya sendiri. Kebanyakan anak muda zaman sekarang
seolah memandang sebelah mata budaya asli daerahnya masing-masing. Hal
inilah yang perlu kita perbaiki dalam rangka membangun Indonesia, karena
kebudayaan kita merupakan salah satu aspek penting yang dapat
menyumbangkan energy yang sangat besar untuk membantu pembangunan
Indonesia.
“Gamelan bukan hanya alat musik, tapi juga mentalitas suatu budaya.”[3]
Tak hanya musik dan tari tradisional Indonesia yang menarik perhatian
dunia, namun kuliner Indonesia juga mendapatkan respon positif oleh
masyarakat dunia. Bumbu-bumbu yang beragam di setiap daerah menjadi ciri
khas tersendiri dan menjadi tantangan bagi chef dunia untuk
mepelajarinya. Seorang chef dari Amerika yang kini menjadi Executive
Chef di Hotel InterContinental Jakarta, Chef Gary A. Palm, mengungkapkan
bahwa ia tertarik dengan gaya makanan Indonesia dan menyarankan agar
Indonesia bisa lebih mengglobalkan kulinernya lewat buku kepada orang
asing.
Lalu, bagaimana dengan masyarakat Indonesia sendiri?
Hukum Aksi-Reaksi akan bekerja ketika kita memberikan energy dan
usaha atas apa yang sedang kita lakukan. Begitupula halnya dengan
membangun perekonomian Indonesia. Ketika kita memberikan dorongan yang
kuat untuk Indonesia dalam meraih kemajuan, kita akan menerima hasil
dalam bentuk yang berbeda, namun nilai yang sama. Dalam hal ini,
kecintaan masyarakat Indonesia akan produk dalam negeri merupakan hal
yang tidak dapat diabaikan. Kekuatan Indonesia dalam pembangunan ada di
tangan kita sebagai masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar